Friday, October 17, 2014

kelainan haid

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
            Kelenjar mamae / payudara (buah dada) adalah perlengkapan organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu. Buah dada cembung kedepan dengan puting ditengahnya, yang terdiri atas kulit dan jaringan erektil dan berwarna tua payudara terletak dibawah kulit dan diatas otot dada merupakan perubahan dari kelenjar payudara. Payudara dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada ibu menyusui 800 gram selama 9 bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir.
Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara laki-laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Menjelang akhir kehamilan, kelenjar mamae Ibu berkembang penuh untuk menyusui, tetapi hanya beberapa mililiter cairan di sekresi setiap hari sampai setelah bayi di lahirkan cairan ini di namakan kolostrum. ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar  payudara wanita melalui proses laktasi.


1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana anatomi payudara ?
2.      Bagaimana struktur makroskopis payudara ?
3.      Bagaimana struktur mikroskopis payudara ?
4.      Bagaimana tahap perkembangan payudara ?
5.      Apa pengertian dan manfaat dari kolostrum ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.      Agar dapat memahami anatomi payudara.
2.      Agar memahami struktur makroskopis payudara.
3.      Agar memahami struktur mikroskopis payudara.
4.      Agar memahami tahap perkembangan payudara.
5.      Agar memahami pengertian dan manfaat dari kolostrum.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Anatomi Payudara
            Payudara wanita yang disebut juga glandula mammaria adalah alat reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Di topang oleh ligamentum suspensorium sehingga tetap stabil. Berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla (di sebut cauda axillaris). Ukuran payudara berbeda setiap individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari payudara yang lain. Struktur makroskopik payudara terdiri atas bagian-bagian berikut ini. 
            Cauda axilaris adalah jaringan payudara yang meluas kearah axilla. Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri atas kulit longgar dan mengalami hiperpegmentasi. Pada masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Pada kehamilan, areola mengalami hiperpegmentasi dan membesar disebut tuberculum mentgomery.
            Papilla mamae terletak dipusat areola mammae setinggi costa ke 4. Bagian ini merupakan tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm, tersusun atas jaringan ereksi berpigmen dan sangat peka. Papila ini berlubang-lubang yang merupakan muara dari duktus laktiferus.
             Payudara terdiri atas bagian - bagian sebagai berikut :
1.      Alveoli yang mengadung sel-sel yang menyekresi air susu.
2.      Tubulus laktiferus  yaitu saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli
3.      Duktus laktiferus adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus laktiferus.[[1]]

            Kelenjar mammae atau payudara (buah dada) adalah perlengkapan pada organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu. Pada wanita, kelenjar mamae mulai perkembangan pada umur 11-12 tahun. Kelenjar mamae tumbuh menjadi besar pada bagian lateral linea aksilaris anterior/media sebelah kranial ruang interkostalis III dan sebelah kaudal ruang interkostalis VII-VIII.
            Kelenjar mamae terdapat diatas bagian luar fasia torakalis superfisialis di daerah jaringan lemak subkutia. Kearah lateral sampai ke linea aksilaris media; kearah media melewati linea media mencapai kelenjar mamae sisi yang lain; kea rah bawah mencapai daerah aksilia (lipatan ketiak).
2.2  Struktur Payudara
1.      Struktur makroskopis
            Ada 3 bagian utama payudara, yaitu sebagai berikut.
1.      Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2.      Areola, yaitu bagian yang kehitaman ditengah.
3.      Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya pun akan bervsriasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yag tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi, maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut.
Ada empat macam bentuk puting, yaitu bentuk normal/umum, pendek/datar, panjang, dan terbenam (inverted). Namun, bentuk-bentuk puting ini tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi karena pada dasarnya bayi menyusu pada payudara ibu bukan pada puting. Pada beberapa kasus terjadi dimana puting tidak lentur, terutama pada bentuk putting terbenam sehingga bentuk penanganan khusus.
2.      Struktur mikroskopis
Pada bagian dalam payudara terdapat bangunan yang disebut alveolis, yang merupakan tempat air susu diproduksi. Asi yang dihasilkan oleh alveolus dialirkan kedalam saluran kecil (diktulus). Pada bagian ini areola, saluran yang besar ini mengalami pembesaran yang disebut sinus laktiferus. Akhirnya semua saluran yang besar ini terpusat didalam puting dan bermuara keluar. Pada bagian dalam dinding alveolus maupaun saluran, terdapat otot-otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar. Pada masing-masing  payudara terdiri atas 15-20 lobus yang di pisahkan oleh jaringan ikat, mengandung jaringan glandula yang tersusun sebagai sistem duktus-alveolus. Pada masing-masing lobus terdiri atas 20-40 lobulus, selanjutnya masing-masing lobules terdiri atas 10-100 alveoli. Di bagian dalam alveoli terdiri aras duktulus terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air susu dan mioepitelium yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli.
Pembuluh darah berasal dari arteri mammaria interna dan arteri torakalis lateralis (arteri thoracica lateralis). Vena superfesial mamae mempunya banyak anastomosis bermuara ke vena intermamaria interna dan vena torakalis interna ( vena thoracica lateralis/epigastrika), sebagian besar bermuara ke vena torakalis lateralis (vena thoracica liberalis).
3.      Pembuluh limfe mamae
1.      aliran limfe superfisialis 75% mengalir keseluruh torakalis berjalan bersama arteri dan vena dipinggir lateral mukulus vektoralis mayor (musculus pektoralis mayor) bermuara di nevus 11 aksilaris dan nervus supralavikularis (nevus supraclavicularis).
2.      Alian limfe profuda mengalir kedinding toraks menembus mukulus pektoralis mayor bermuara ke novus 11 pektoralis sepanjag arteri dan vena mamaria interna.
3.      Bagian medial aliran limfe subkutan berhubungan dengan kedua mamae dan bermuara ke nevus 11 supraklavikularis.
2.3  Tahap-tahap perkembangan payudara
            Pembentukan payudara dimulai sejak embrio beusia 18-19 minggu dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormone yang berperan adalah hormone estrogen dan progesterone yang membantu maturasi alveoli, sedangkan hormone prolactin berfungsi untuk produksi ASI.
            Saat lahir, sebagian besar payudara terdiri atas duktus laktiferus dengan jumlah sedikit, mungkin juga ada alveoli. Kelenjar mamae yang rudimeter ini memiliki sedikit fungsi sekretotik (air susu palsu) dalam beberapa hari setelah lahir. Sekresi payudara pada masa neonatal terjadi akibat prolaktin yang tinggi pada BBL setelah pajanan payudara janin sebelumnya terhadap konsentrasi estrogen plasenta yang tinggi selama kehamilan. Setelah estrogen plasenta hilang dari sirkulasi neonatal, payudara memasuki fase tenang sampai pubertas. Pada onset pubertas, estrogen ovarium menginduksi pertumbuhan sistem duktus laktiferus.
            Duktus-duktus ini bercabang-cabang selama pertumbuhannya dan ujung duktus ini membentuk masa sel kecil dan padat. Struktur ini membentuk alveolus lobular. Payudara dan alveoli kemudian membesar. Saat menarche, sekresi estrogen dan progesteron siklik dimulai dan akan terjadi fase tambahan pada pertumbuhan duktus dan lobulus yang rudimeter. Kortikosteroid adrenal selnjutnya akan meningkatkan perkembangan duktus. Payudara terus membesar selama beberapa waktu setelah menarche akibat timbunan lemak dan jaringan ikata bahan. Diferensiasi dan pertumbuhan akhir payudara tidak akan terjadi sampai kehamilan.
            Pertumbuhan dan perkembangan payudara dapat dibagi menjadi 4 fase yaitu istirahat, perkembangan (kehamilan), sekresi susu (laktasi), dan involusi. Saat lahir, struktur hanya sebuah puting dan beberapa duktus rudimenter, dengan sedikit atau tanpa alveolus yang mencerminkan asal evolusi dari modifikasi kelenjar keringat apokria. Sampai pubertas satu-satunya perkembangan yang mungkin terjadi adalah percabangan duktus. Penurunan insiden kanker payudara  dapat terjadi pada populasi yang banyak mengkonsumsi fito-estrogen (senyawa mirip estrogen yang berasal dari tumbuhan ). Diperkirakan fito-estrogen merasang perkembangan sel payudara pada masa anak dan pubertas seblum kehamilan. Sel yang berdiferansiasia baik ini munginkin lebih resisten terhadap pembentukan homon (alecereutz 1995).[[2]]



2.4  Kolostrum
1.      Pengertian kolostrum
            ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ke tiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI mature, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel dengan khasiat kolostrum sebagai berikut :
1.      Sebagai pembersih selaput usus BBL, sehingga saluran pencernaan siap untuk menerrima makanan.
2.      Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
3.      Mengandung zat anti bodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.[[3]]
 Zat kekebalan yang terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare. Kandungan dari kolostrum antara lain:
1.      Protein : 8,5% 
2.      Lemak : 2,5% 
3.      Karbohidarat : 3,5% 
4.      Garam dan Mineral : 0,4%  Air : 85,1%
5.      Vitamin A,B,C,D,E, dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit
6.      Leukosit
7.      Sisa-sisa epitel mati
8.      Nilai kalori = 80 kilo joule per 30 ml
9.      Volume kolostrum kurang lebih 150-300 ml/24 jam
            Kolostrum sering juga disebut dengan susu jolong. Kolostrum biasanya keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 pasca partum. Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, tidak jarang kita mendengar seorang ibu baru mengatakan, “ ASI saya belum keluar.” Sebenarnya, meski ASI yang keluar pada hari tersebut sedikit, tetapi volume yang ada di dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia satu sampai dua hari. Kolostrum yang encer dan sering kali berwarna kuning atau dapat pula jernih ini lebih mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Selain itu kolostrum juga merupakan pecahan yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir sehingga mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.[[4]]

2.      Manfaat Kolostrum
            Kolostrum sangat penting bagi pertahanan tubuh bayi karena kolostrum merupakan imunisasi pertama bagi bayi. Manfaat kolostrum antara lain :
1.      Membantu mengeluarkan mekonium dari usus bayi karena kolostrum merupakan pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium, sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI.
2.      Melindungi bayi dari diare karena kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh 10-17 kali lebih banyak dibandingkan susu matang.
3.      Melawan zat asing yang masuk ke tubuh bayi.
4.      Melawan infeksi penyakit oleh zat-zat kekebalan tubuh.
5.      Menghalangi saluran pencernaan menghidrolisis (menguraikan) protein.
6.      Mengeluarkan kelebihan bilirubin sehingga bayi tidak mengalami jaundice (kuning) dimana kolostrum mempunyai efek laktasif (Pencahar).
7.      Berperan dalam gerak peristaltik usus (gerakan mendorong makanan).
8.      Menjaga keseimbangan cairan sel.
9.      Merangsang produksi susu matang (mature).
10.  Mencegah perkembangan kuman-kuman patogen. [[5]]



BAB III
PENUTUPAN
1.      Kesimpulan
            Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Di topang oleh ligamentum suspensorium sehingga tetap stabil. Berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla (di sebut cauda axillaris).
          Struktur buah dada teridiri atas bahan kelenjar susu atau jaringan lemak, cairan susu / kolostrum yang dihasilkan oleh ibu dalam 24 – 35 jam pertama setelah melahirkan mengandung banyak gizi dan zat – zat pertahanan tubuh.
2.      Saran
            Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat memahami struktur payudara.


DAFTAR PUSTAKA

Hani, Ummi, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika.
Wulanda, Ayu Febri. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika
Kristianasari, Weni. 2009. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika
Mira, Dwi. Buku Ajar Biologi Reproduksi. Buku Kedokteran
Bundanyaarzachel.wordpress.com









LAMPIRAN




[[1]] Ummi Hani, dkk, Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis, ( Jakarta, Salemba Medika, 2010), Hal 29
[[2]] Ayu Febri wulanda, S.ST, Biologi Reproduksi, (Jakarta, Salemba Medika, 2011) Hal 74
[[3]] Weni Kristianasari, S.Kep, ASI, Menyusui dan Sadari, (Yogyakarta, Nuha Medika, 2009) Hal 9
[[4]] Dwi Mira W, S.SI.T, Buku Ajar Biologi Reproduksi, (Buku Kedokteran), Hal 95
[[5]] bundanyaarzachel.wordpress.com

No comments:

Post a Comment