BAB I
PENDAHULUAN
- 1.1. Latar Belakang Masalah
Darah
merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi
sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk
menunjang kehidupan.
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder
yang berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Perkembangan
sel darah dan sistem limfatik yang berkaitan
dengan fungsi tubuh dengan fisiologi diperlukan dalam pembelajaran untuk
mengetahui fungsi sel darah dan sistem limfatik lebih lanjut.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Beberapa masalah yang dibahas dalam makalah ini, diantaranya:
Beberapa masalah yang dibahas dalam makalah ini, diantaranya:
1. Apa
definisi dan fungsi darah ?
2. Bagaimana
perkembangan sel darah ?
3. Bagaimana
pembentukan sel darah ?
4. Apakah
sitem limfatik?
5. Bagaimana
Mekanisme aliran limfe?
1.3. TUJUAN
PEMBAHASAN
1.
Memahami
definisi darah dan fungsinya.
2.
Memahami
perkembangan sel darah..
3.
Mengetahui pembentukan
sel darah.
4.
Memahami
perkembangan sel darah.
5.
Memahami
mekanisme aliran limfe.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PERKEMBANGAN SEL DARAH
2.1.1 Pengertian dan
fungsi darah
Darah merupakan sejenis jaringan
ikat yang sel-selnya tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma),terdapat
didalam pembuluh darah yang warna merah. Warna merah pada darah tergantung
banyak tidaknya oksigen yang dibawa oleh sel darah . darah memiliki pH sekitar
7,73-7,45,temperaturnya sekitar 38oC. Volume darah total sekitar 5
liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata,dan kurang sedikit pada pada
perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding
terbalik dengan jumlah jaringan adiposa. Volume ini juga bervariasi sesuai
perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya.
Fungsi
Darah :
1. Sebagai
alat transport yaitu mengambil oksigen
atau zat oksidasi untuk diedarkan ke seluruh tubuh,mengangkat
karbondioksidadari jaringan untukdikeluarkan melalui paru-paru,mengangkut
zat-zat makanan,mengangkut zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
2. Sebagai
sistem imun (pertahanan)
3. Mengatur
suhu tubuh
4. Mengatur
keseimbangan pH
5. Mengedarkan
hormon
6.
Menutup luka dibantu oleh keping-keping
darah.
2.1.2. Perkembangan Sel Darah merah
2.1.2. Perkembangan Sel Darah merah
Eritrosit bentuknya bulat dengan lekukan
pada sentralnya, terbungkus dalam membran sel dengan permeabelitas tinggi.
Membran ini elastis dan fleksibel, sehinnga memungkinkan eritrosit menembus
kapiler (pembuluh darah terkecil). Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta
molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernapasan yang mengikat oksigen. Hemoglobin
merupakan protein yang kaya akan zat besi,memiliki daya gabung terhadap oksigen
itu membeentuk oksihemoglobin didalam sel darah merah. Dengan fungsi ini maka oksigen
dibawa dari paru-paru ke jaringan. Volume
hemoglobin mencapai 1/3 volume sel.
Sel darah merah biasanya
bersirkulasi selama 120 hari sebelum menjadi rapuh dan mudah pecah . Fragmen
sel darah merah yang rusak akan mengalami fagositosis oleh makrofag dalam
limfa, hati, sumsum tulang, dan jaringan tubuh lain. Globin terdegradasi
menjadi amas amino, yang kemudian akan diperbaharui untuk sistesin selular. Hem
(bagian yang mengandung zat besi ) diubah menjadi biliverdin (pigmen hijau) dan
menjadi bilirubin (pigmen kuning), yang dilepas kedalam plasma. Bilirubin
diserap hati dan disekresi dalam empedu. Sebagian besar zat besi yang di lepas oleh hem akan di
ambil untuk di perbaharui dalam proses sintesis HgA selanjutnya.
1. Pengaturan
produksi sel darah merah
Produksi eritrosit diatur oleh
eritroprotein, suatu hormon glikoprotein yang diproduksi terutama oleh ginjal.
Kecepatan produksi eritroprotein berbangding terbalik dengan persediaan oksigen
dalam jaringan. Faktor apapun yang menyebabkan jaringan menerima volume oksigen
yang kurang (anoksia) akan mengakibatkan peningkatan produksi eritroprotein,
sehingga makin menstimulasi produksi sel darah merah. Sebagai contoh:
1) Kehilangan
darah akibat hemoragi mengakibatkan produksi sel darah merah meningkat.
2) Tinggal
di dataraan tinggi dengan kandungan oksigen yang rendah dalam jangka waktu yang
lama akan mengakibatkan peningkatan produksi sel darah merah.
3) Gagal
jantung, mengurangi aliran darah ke jaringan, atau penyakit paru yang
mengurangi aliran darah, mengakibatkan peningkatan produksi sel darah merah.
2. Kelainan
pada sel darah merah :
a. Anemia
adalah definisi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin berikut ini adalah
berapa jenis anemia
1. Anemia
hemoragi terjadi akibat kehilangan darah akut. Sumsum tulang akan memproduksi
sel darah merah secara bertahap untuk kembali ke kondisi normal.
2. Anemia
defisiensi zat besi terjadi akibat penurunan asupan makanan, penurunan gaya
absorpsi, atau kehilangan zat besi secara berlebihan.
3. Anemia
aplastik ( sumsum tulang tidak aktif), di tandai dengan penurunan sel darah
merah secara besar besaran. Hal ini dapt terjadi karena paparan radiasi yang
berlebihan, keracunan zat kimia,atau kanker.
4. Anemia
pernicious karna tidak ada vitamin B 12 .
5. Anmeia
sesabit (sisckle ceer anemia) adalah penyakit keturunan dimana molekul
hemoglobin yang berberda pada hemoglobin normalnya karena penggantian salah
satu asam amino pada rantai polipeptida beta. Akibatnya sel darah merah
terdistorsi (terhambat) menjadi
berbentuk sabit dalam kondisi konsentrasi oksigen yang rendah sel-sel
terdistorsi ini menutup kapiler dan mengganggu aliran darah.
b. Polisitemia
adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi,yang mengakibatkan
peningkatan viskositas (ketahanan aliran cairan) dan volume darah.
1. Polisitemia
kompensatori (sekunder) dapat terjadi akibat hipoksia (kekurangan oksigen)
karena hal berikut ini :
a. Kediaman
permanen di dataran tinggi
b. Aktifitas
fisik berkepanjangan
c. Penyakit
paru atau jantung
2. Polisitemia
vera adalah gangguan pada sumsum tulang.
2.1.3. Perkembangan Sel darah putih (leukosit)
Jumlah leukosit pada yang normal
adalah7000-9000 per mm3. Infeksi atau kerusakan jaringan mengakibatkan
peningkatan jumlah total leukosit. Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh
tehadap invasi benda asing termasuk bakteri dan virus. Sebagian besar leukosit
berlangsung dalam jaringan bukan dalam aliran darah.
1. Sifat-sifat
sel darah putih :
a. Leukosit memiliki sifat diapedesisyaitu
kemampuan untuk menembus pori-porimembran kapilar dan masuk kedalam jaringan.
b. Leukosit
bergerak sendiri dengan gerakan amuboid seperti amuba.
c. Beberapa
sel mampu bergerak tiga kali panjang tubuhnya dalam satu menit.
d. Leukosit
memilki kemampuan kemotaksis,pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak
menyebabbkan leukosit bergerak mendekati (kemotaksisi positif) atau menjauhi
(kemotaksis negatif) sumber zat.
e. Semua leukosit adalah fagositik,tetapi
kemampuan ini lebih berkembang pada neutrofil dan monosit.
f. Setelah
diproduksi disumsum tulang,leukosit bertahan kurang lebih satu hari dalam
sirkulasi sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetapdalam jaringan selama
beberapa hari,beberapa minggu,beberapa bulan,bergantung jenis leukositnya.
Ada lima jenis leukositdalam
sirkulasi darah,yang dibedakan berdasarkan ukuran,bentuk nukleus,dan ada
tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki granula plasma disebut
granulosit sedangkan,sel yang tidak memiliki granula disebut agranulosit.
Hampir dari jumlah sel darah putih
adalah granulosit kir-kira hampir 75% mereka terbentuk dalam sumsum tulang. Granulosit
terbagi menjadi neutrofil,eusisinofil,dan basofil,berdasarkan warna granula
sitoplasmanya saat dilakukan pewarnaan dengan zat warna darah wright. Pembagian
granulosit sebagai berikut:
a. Neutrofil.
Neutrofil mencapai 60% dari jumlah sel darah putih. Neutrofil memiliki granula
kecil berwarna merah muda dala sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki tiga sampai
lima lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis. Fungsi neutrofil
sangat fagositik dan sangat aktif. Sel-sel ini sampai dijaringan terinfeksi
untuk menyrang dan menghancurkan bakteri,virus,atau penyebab lainnya.
b. Eosinofiladalah
fagositik lemah. Jumlahnya akan meningkat saat terjadi alergi atau penyakit
parasit,tetapi akan berkurang selama sters berkepanjangan. Sel ini berfungsi
dalam detoksifikasi histamin yang diproduksi oleh sel mast dan jaringan yang
cidera saat inflamansi berlangsung. Eosinofil mengandung peroksidase dan fosfatase,yaitu
enzim yang mampu menguraikan protein. Enzim ini mungkin terlibat dalam
dtoksifikasi bakteri dan pemindahan kompleks antigen-antibodi, tetapi fungsi
pastinya belum diketahui.
c. Basofil
memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan dan
akan berwarna keunguan sampai hitam serta memperlihatkan nikleus berbentuk
S.diameternya berkisar 12-15 makrometer.. fungsi basofil menyerupai fungsi sel
mast. Sel ini mengandung hitamin,mungkin untuk meningkatkan aliran darah ke
jaringan yang cedera dan anti koagulan heparin.mungkin untuk membantu
penggumpalan darah intravaskular. Fungsi sebenarnya belum diketahui.
Agranulosit adalah leukosit tanpa
granula sitoplasma,yaitu :
a. Limfosit
mencapai 30% jumlah total leukosit dalam darah. Sebagian besar limfosit dalam
tubuh ditemukan dijaringan limfatik
rentang hidupnya dapat mencapai beberapa tahun. Limfosit mengandung
nukleus bulat beerwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma.
Limfosit berasal dari sel sel batang sumsum tulang merah,sel ini berfungsi
dalam realksi imunoglubis.
b. Monosit
mencapai 3% sampai 8% jumlah total leukosit. Monosit merupakan sel darah yang
besa,diameternya sekitar 12-18 mikrometer,nukleus besarseperti telur atau
seperti ginjal,yang dikelilingi sitoplasma berwarna biru keabuan pucat.
Fungsinya sangat fagositik dan sangat aktif. Sel ini siap bermigrasi melalui
pembuluh darah. Jika monosit telah meninggalkan
aliran darah maka sel ini menjadi histiosit jaringan.
Granulosit dan monosit berperan
penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme.dengan kemampuannya
sebagai fagosit mereka memakan bakteri-bakteri hidup yang masuk ke peredaraan
darah.
2. Kelainan
pada sel darah putih :
1) Leukimia.
Adalah sejenis kanker yangditandai dengan poliferase sel drah putih yang tidak
terkendali. Jenis leukimia ditentukan berdasarkan jenis sel yang
dominan,seperti meiolositik,limfositik,atau leukimia monositik,dan berdasarkan
durasi seperti keukimia kronik atau akut.
2) Mononukleosis
infeksius,disebabkan oleh virus Epstein-barr,yang ditandai dengan adanya
peningkatan jumlah lifosit dan ketidak
seimbangan jumlah sel yanng abnormaldan tidak matang.
3) Acquired
immune deficiency syndrome (AIDS),disebabkan human imunodeficiency virus
(HIV),merusak sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang rangkaian limfosit
tertentuyang disebut sel T.
1.1.4.
Keping
darah (trombosit)
Trombosit berjumlah 250.000 sampai
400.000 per mm3. Bagian ini merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang
berasal dari megakariosit raksasa multinukleus dalam sumsum tulang. Ukuran
trombosit mencpai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya terbungkus
suatu membran plasma dan mengandung
berbagai jenis granula. Trombosit berfungsi dalam hemostatis (penghentian
perdarahan) dan perbaikan pembuluh darah yang robek.
1. Mekanisme
pembekuan darah
a. Mekanisme
ekstrinsik. Pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal pembuluh darah itu
sendiri. Tromboplastin (membran lipoprotein) yang dilepas oleh sel-sel jaringan
yang rusak mengaktivasi protombin (protein plasma) dengan bantuan ion kalsium
untuk membentuk trombin. Trombin mengubah fibrinogen yang dapat larut,menjadi
fibrin yang tidak dapat larut. Benang-benang fibrin membentuk bekuan atau
jaring-jaring fibrin,yang menangkap sel darah merah dan trombosit serta menutup
aliran darah yang melalui pembuluh yang rusak.
b. Mekanisme
instriksi. Untuk pembekuan darah berlangsung dalam cara yang lebih sederhan
daripada cara yang dijelaskan diatas. Mekanisme ini melibatkan 13 faktor
pembekuan yang hanya ditemukan dalam plasma darah. Setiap faktor protein berada dalam kondisi tidak
aktif. Jika salah satu diaktivasi,maka aktivitas enzimnya akan mengaktivasi
faktor selanjutnya dalam rangkaian,dengan demikian akan terjadi suatu rangkaian
reaksi untuk membentuk bekuan.
2. Penguraian
pembekuan darah
Segera setelah terbentuk
bekuan akan menyusut akibat kerja protein kontraktil dalam trombosit.
Jaring-jaring fibrin dikontraksi untuk menarik permukaan yang terpotong agar
saling mendekat dan untuk menyediakan kerangka kerja untuk memperbaiki
jaringan. Bersamaan dengan retraksi bekuan, suatu cairan yang disebut serum
keluar dari bekuan. Serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen dan faktor lain
yang terlibat dalam mekanisme pembekuan.
3. Faktor-faktor
pembekuan
a) Garam
kalsium yang dalam keadaan normal ada dalam darah .
b) Sel
yang terluka yang membebaskan trombokinase.
c) Trombin
yang terbentuk dari prorombin bila ada trombokinase.
d) Fibrin
yang terbentuk dari fibrinogen disamping trombin.
Penggumpalan darah dipercepat oleh
panas yang sedikit lebih tinggi dari suhu badan,kontak dengan bahan kaasar
contoh pinggiran yang kasar dari pembuluh darah yang rusak atau dengan
pembalut. Penggumpalan diperlambat karena dingin,jika disimpan dalam tabung
berlapis lilin disebelah dalamnya,dan dengan ditambah kalsium sitrat atau natrium
sitrat yang menyingkirkan garam kalsium yang dalam keadaan normal.
4. Kelainan
pada pembekuan darah
a. Bekuan
yang abnormal disebut trombus. Trombus yang terlepas dan ikut dalam aliran
darah disebut embolus. Kedua jenis bekuan ini dapat menyumbat darah. Kondisi
yang menunjang pembekuan trombus adalah pembuluh dengan permukaan kasar akibat
plak-plak kolesterol,mungkin akan menangkap trombosit untuk memulai pembekuan,
dan aliran darah yang lambat memungkinkan terjadinya akumulasi
tromboplastin,karena aliran darah menurun setara dengan imobilitas,maka pasien
harus sering bergerak atau digerakkan.
b. Trombositopenia.
Trombositopenia adalah suatu kondisi dimana terdapat sejumlah kecil trombosit
abnormal dalam darah yang bersirkulasi.
Ini akan memperlama koagulasi dan memperbesar resiko terjadinya perdarahan
dalam pembuluh darah kecil diseluruh tubuh. Trombositopenia dapat disebabkan oleh
reaksi awal terhadap obat-obatan,radiasi ion yang merusak sumsum tulang.
c. Hemofilia.
Hemofilia adalah gangguan berkaitan dengan genetik, akibat tidak adanya
beberapa faktor pembekuan. Transfusi perlu dilakukan untuk mengganti
faktor-faktor yang hilang jika terjadi cedera ringan yang diikuti perdarahan
yang berlebihan.
5. Pengobatan
bagi orang yang rentan terhadap pembentukan trombus
a. Anti koagulan seperti coumarin menghambat aktivitas vitamin K, sehinnga menghalangi proses protombin
b. Aspirin menghilangkan agregasi trombosit dan mengganggu sintesis prostasiklin.
a. Anti koagulan seperti coumarin menghambat aktivitas vitamin K, sehinnga menghalangi proses protombin
b. Aspirin menghilangkan agregasi trombosit dan mengganggu sintesis prostasiklin.
1.1.5.
Plasma
Darah
Plasma darah adalah cairan bening
kekuningan. Plasma terdiri dari 92% air,7% protein,asam amino,lemak,garam
hormon dan zat-zat sisa metaabolisme.
a. Protein
Plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsur poko plasma yang
tidak dapat menembus membran kapilar untuk mencapai sel. Ada tiga jenis protein
plasma yang utama: albumin,globin,dan fibrinogen.
1) Albumin
adalah protein plasma yang terbanyak sekitar 55%-66%,tetapi ukurannya paling
kecil dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotik darah.
2) Globulin
membentuk sekitar 30% protein plasma . Alfa dan beta globulin disintesis
dihati,dengan fungsi utama sebagai molekul pembawa lipid,beberapa
hormon,beberapa substrat,dan zat penting tubuh lainnya. Gamma globulin adalah
anti body.
3) Fibrinogen membentuk 4% protein
plasma,disintesis dihati dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme
pembekuan darah.
b. Plasma
juga mengandung nutrien yang meliputiasam amino,gula,dan lipid yang diabsorbsi
dari saluran pencernaan. Gas darah
meliputi oksigen,karbon dioksida,dan nitrogen. Elektroli plasma meliputi
ion natrium,kalium,magnesium,klorida,kalsium bikarbonat,fosfat dan ion sulfat.
2.1.6
Pembentukan
sel darah:
1) Selama
perkembangan embrio. Hematopoiesis pertama kali berlangsung dalam kantong
kuning telur dan berlanjut dihati,limpa,nodus limfe,dan seluruh seluruh sumsum
tulang janin yang berkembang.
2) Setelah
lahir dan selama masa kanak-kanak,sel-sel darah terbentuk dalam sumsum semua
tulang.
3) Pada
orang dewasa,sel darah hanya terbentuk pada sumsum tulang merah yang ditemukan
dalam tulang membrabosa seperti sternum,iga,vertebra,dan tulang ilia girdel
pelvis. Sel-sel darah yang sudah matang masuk ke sirkulasi utama dari sumsum
tulang melalui vena rangka.
Tempat pembentukan darah berbeda-beda
sesuai perkembangan usianya.Pada janin yang masih berumur 3 minggu, darah
dibentuk di bagian yang disebut yolksac, kemudian berpindah ke hepar, lien, dan
sumsum tulang sampai janin tersebut lahir. Pada bayi yang masih berumur kurang
dari 5 tahun, darah dibentuk di tulang rangka, kemudian setelah dewasa
berpindah ke tulang belakang, iga dan bagian proksimal tulang panjang.
Proses pembentukan darah dimulai oleh sel pluripotensial, sel ini kemudian
membelah menjadi 3 sel, dimana sel pertama akan berkembang menjadi sel induk
pluripotensial, sel kedua berkembang menjadi sel limfosit, sedangkan sel yang
ketiga membelah lagi, ada yang menjadi sel eritrosit, trombosil,
neutrofil,monosit, eusinofil, dan basofil.Banyak faktor yang mempengaruhi
pembentukansel-sel darah, seperti zat besi, vitamin B, asam folat, dll.
Semua sel darah diturunkan dari hemositoblas
(sel batang primitif) pada sumsum tulang, yang dibagi dan dibedakan menjadi
lima jenis sel yaitu:
a. Proeritoblas.
Proeritoblas
mengalirmelalui sejumlah tahapan (eritoblas basofilik, eritoblas kromatofilik,
nermoblas, dan retikulosit) dan setelah matang menjadi eritrosit. Selama masa
perkembangan eritrosit mensintesis jemoglobin, suatu pigmen pembawa oksigen,
dan melepas organelnya. Nukleus mengecil dan akhirnya keluar dari sel. Setelah
nukleus hilang, eritrosit tetap berada dalam sumsum tulang selama bebrapa hari
smpai matang dan kemudian dilepas ke dalam sirkulasi.
b. Meioblas
Merupakan asal
promeilosit, yang mengalami penyimpanan dalam perkembangannya menjadi tiga
jenis sel yang disebut granulosit : neutrofil, eusinofil, dan basofil.
c. Limfoblas, merupakan asal limfosit
d. Monoblas, merupakan asal monosit. Limfosit dan monosit disebut agranulosit.
e. Megakarioblas, membentuk megakarioblas yang merupakan asal trombosit.[1]
2.2.SISTEM
LIMFATIK
2.2.1.
Pengertian
dan fungsi limfatik
Sistem limfatik adalah suatu sistem
sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limpa atau getah bening di
dalam tubuh. Limpa berasal dari plasma
darah, cairan ini kemudian di kumpulkan oleh sistem limfa melalui proses di
pusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi. Fungsi
sistem limpa yaitu mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke sirkulasi
darah ,mengangkut limposit membawa lemak emulsi dari usus, menyaring dan
menghancurkan mikrooganisme untuk menghindarkan penyebaran, menghasilkan zat
antibodi.
2.2.2
Stuktrur
pembuluh darah limfe
Susunan pembuluh limfe disebut juga
mildleman atau susunan tengah karena merupakan
saluran antara darah dan cairan jaringan yang terdapat zat-zat
koloid,garam elektrolit tidak dapat masuk ke kapilar darah akan tetapi melalui
kapiler-kapiler limfe melalui saluran limfe.
Struktur pembuluh limfe serupa
dengan vena kecil tetapi memiliki lebih banyak katup sehingga tampak seperti
rangkaian merjan. Pembuluh darah limfe yang terkecil atau kapiler lebih besar
dari kapiler darah terdiri atas selapis endoterlium. Pembuluh limfe merupakan
jaringan halus kapiler yang sangat kecil atau sebagai rongga limfe didalam
jaringan berbagai organ dalam vili usus terdapat pembuluh limfe khusus yang
disebut lakteal yang dijumpai dalam vili usus.
Pembuluh darah eferen menembus
kapiler sel dipinggiran yang cembung dan memperdarahi kelenjar dan bercampur
dengan limfe dan selanjutnya campuran ini dikumpulkan oleh pembuluh eferen yang
dikeluarkan melalui vilum. Saluran limfe mempunyai dua batang saluran yang sama
yaitu :
a. Duktus
torasikus atau duktus limfatikus sinistra, yang dimulai dari pembuluh limfe
yang terdapat didepan vertebra lumbalis menuju ke bagian atas, akhirnya
bermuara ke vena brakiosefalika kemudian ke vena cafasuperior, duktus torasikus
ini merupakan kumpulan dari pembuluh limfe yang berasal dari kepala kiri,leher
kiri,dada sebelah kiri bagian perut, anggota gerak bawah dan alat-alat dalam
rongga perut.
b. Duktus
limfatikus dekstra, merupaka pembuluh limfe yang pendek dan panjangnya
kira-kira 1,20 cm,menerima limfe. Dari pembuluh limfe yang berasal dari kepala
kanan,leher kanan,dada kanan dan lengan sebelah kanan yang bermuara pada vena
kava suplaviadekstra. Adapun bentuk dan susunan dari pembuluh limfe hampir sama
dengan vena.
2.2.3.
Pembentukan
cairan limfe
Konsentrasi protein didalam cairan
interstisial rata-rata 2 gram/100 ml,konsentrasi protein cairan limfe yang
mengalir kebanyakan dari jaringan prifer mendekati nilai ini atau lebih pekat.
Sebaliknya cairan limfe yag terbentuk dalam hati mempunyai konsentrasi protein
6 gram/100ml, dan limfe yang terbentuk dalam usus mempunyai konsentrasiprotein
3-5 gram/100 ml. Karena lebih dari separuh limfe berasal dari hati dan usus
maka cairan limfe duktus torasikus merupakan campuran dari semua daerah tubuh
dan mempunyai konsentrasi protein 3-5 gram/100 ml.[2]
Faktor penentu kecepatan aliran
limfe adalah,sebagai berikut :
a. Tekanan
cairan intertisial. Peningkatan tekanan cairan bebas intertisialdiatas tingkat
normal meningkatkan aliran cairan interstisial kedalam kapiler limfe,.
Akibatnya juga meningkatka kecepatan aliran limfe,pertambahan aliran tersebut
kapiler limfe membesar karena tekanan cairan interstisial meningkat sampai
lebih dari nol mmHg. Pada titik ini kecepatan aliran mencapai maksimum,
faktor-faktor ini meliputi peningkatan tekanan kapiler, penurunan tekanan
osmotik, peningkatan protein cairan interstisial, dan peningkatan
permeabilitas.
b. Pompa
limfe katup-katup ada dalam semua aliran
limfe pengumpul isi kapiler dialirkan, sehingga setiap saat pembuluh limfe atau
kapiler limfe ditekan oleh sumber apapun limfe dirangsang maju sepanjang pembuluh
imfe. Pembuluh limfe dapat ditekan oleh kontraksi dinding pembuluh limfe itu sendiri atau tekanan struktur
sekitarnya. Dalam suatu pembuluh limfe besar pompa limfe ini dapat
membangkitkan tekanan setinggi 25-50 mmHg. Jika aliran keluar dari pembuluh darah
ini tersumbat, disamping pompaan yang disebabkan kontraksi instrinsik dinding
pembuluh limfe, faktor eksternalapapun yang menekan pembuluh limfe tersebut
dapat pula menyebabkan pompaan, faktor-faktor demikian adalah: kontraksi otot,
gerakan bagian-bagian tubuh, pulsasi arteri, penekanan jaringan diluar tubuh.
Pompa limfe menjadi sangat aktif selma gerak badan, sring meningkatkan aliran
limfe sebanyak 5-15 kali. Sebaliknya selama periode istirahat aliran limfe
sangat lambat.[3]
2.2.4.
Mekanisme
aliraan limfe
a. Gerakan
otot rangka yang bersebelahan dengan pembulh limfe akan menggerakkan limfe ke
arah trunkus limfatik.
b. Cara
kerja kontraksi periodik pembuluh limfatik seperti cara kerja pompa limfe.
c. Tekanan
negatif intratoraks yang terjadi saat
inspirasi memberi efek pengisapan pada limfe dalam duktustoraks.
2.2.5.
Nodus
Limfe
Nodus-nodus limfa adalah suatu komponen yang penting dari
sistim imun tubuh dan membantu dalam memerangi infeksi-knfeksi.
Mereka adalah struktur-struktur yang
kecil, lunak, bulat atau oval yang
ditemukan diseluruh tubuh dan berhubungan satu sama lainnya dalam model seperti rantai
(lymphatic chains) oleh kanal-kanal yang serupa pada pembuluh-pembuluh darah.
Setiap nodus limfa individu diselubungi oleh suatu kapsul yang terbentuk dari
jaringan penghubung. Didalam kapsul, nodus-nodus limfa mengandung jenis-jenis
tertentu dari sel-sel imun. Sel-sel ini sebagian besar adalah limfosit, yang menghasilkan protein
-protein yang menangkap dan memerangi virus-virus
dan mikroba-mikroba lain, dan macrophages,
yang menghancurkan dan menghilangkan material yang ditangkap.
Nodus limfe berlokasi diseluruh
tubuh. Beberapa ada langsung
dibawah kulit dimana yang lain-lain berada didalam tubuh. Bahkan nodus-nodus
limfa yang paling superficial (dekat pada kulit) adalah biasanya tidak terlihat
atau gamblang (dirasakan dengan menyentuh), kecuali mereka membengkak atau
membesar untuk beberapa sebab-sebab.
Mereka dihubungkan satu sama
lainnya oleh pembuluh-pembuluh limfatik yang terikat secara lepas. Nodus-nodus
limfa biasanya bergabung pada daerah-daerah yang berbeda didalam tubuh dimana
mereka bertanggung jawab untuk penyaringan darah dan melaksanakan fungsi
imunologi mereka untuk area tertentu itu dari tubuh. Cairan dari
pembuluh-pembuluh limfatik akhirnya masuk kedalam sistim vena (vena-vena) dalam
tubuh.[4]
Lokasi nodus limfe yang berdasarkan kepentingan klinis
yaitu : nodus submaksilaris (terletak dibagian dasar mulut), nodus serviks
(terletak pada leher di sepanjang ototsternokleid domastoid), nodus
supratoklear (terletak tepat diatas lekukan siku), nodus aksilaris
(terakumulasi jauh didalam lengan bawah dan regia dada atas), nodus inguinal
(terletak dilipatan paha).
2.2.6. Tonsil
Tonsil
adalah satu struktur yang sangat penting dalam sistem
pertahanan tubuh terutama pada protein
asing yang dimakan atau dihirup. Sifat mekanisme pertahanan pada tonsil
adalah secara spesifik atau non spesifik. Tonsil terdiri atas jaringan limfe, terletak
di antara dua tiang fause (lengkung langit-langit), dan banyak terdapat
persediaan limfosit. Tonsil yang gagal
menahan infeksi akan meradang,disebut tonsilitis.
2.2.7. Limpa atau lien
Lien adalah kelenjar
yang terletak di regiohipogastrium sinistra. Didalamnya berisi banyak jaringan
limfe dan sel darah. Lien berfungsi membentuk eritrosit, memisahkan eritrosit
mati dari sirkulasi darah , menghasilkan limfosit antibodi.[5]
2.2.8.
Gangguan aliran limfatik
a. Edema (pembengkakan). Edema adalah menunjukan adanya cairan berlebihan pada
jaringan tubuh. Bila terjadi hambatan limfatik, edema dapat semakin berat,
karena protein plasma yang bocor ke dalam ruang interstisial tidak mempunyai
jalan untuk dikeluarkan. Peningkatan konsentrasi protein meningkatkan tekanan
osmotik koloid cairan interstisial yang akan menarik cairan dari kapiler lebih
banyak lagi.
b. faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi dan absorpi normal cairan intertisial, serta
mengakibatkan edema, meliputi:
1) peningkatan tekanan
hidrostatik (tekanan filtrasi) dalam kapilar yang terjadi akibat gagal jantung.
Gagal jantung menyebabkan hanya ssedikit darah yang mengalir ke ginjal sehingga
terjadi retensi cairan pada ginjal. Ini akan mengakibatkan peningkatan volume
darah yang tidak sanggup dipompa keluar oleh ginjal yang gagal. Akibatnya
adalah peningkatan tekanan dalam kapilar, sehingga makin banyak cairan yang
keluar menuju jaringan.
2) Penurunan tekanan osmotik
koloid plasma yang mengganggu dinamika kapilar dapat disebabkan oleh kehilangan
protein plasma berskala besar karena kekurangan protein.
3) Obstuksi limfatik mencegah pengembalian
normal cairan intertisial atau protein ke sirkulasi. Ini dapat disebabkan oleh
prosedur pembedahaan atau infeksi yang mengakibatkan pemotongan saluran limfe.
4) Peningkatan permeabilitas
membran kapilar akibat proses inflamasi menyebabkan kebocoran cairan dan
protein ke dalam ruang intertisial. Histamin dan zat yang berkaitan akan
meningkatkan permeabilitas kapilar.[6]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Darah
merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi
sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk
menunjang kehidupan. Sel darah meliputi eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Sistem limfatik adalah suatu sistem
sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limpa atau getah bening di
dalam tubuh.
3.2 Saran
Mudah-mudahan
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca semuanya.
Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun
penyusun dapat memahami perkembangan sel darah dan sisitem limfatik.
DAFTAR PUSTAKA
Sloane, Ethel.
Anatomi Fisiologi Pemula. 2004. Jakarta: Buku Kedokteran
Syaifudin.
Anatomi Fisiologi keperawataan.2006. jakarta : Buku Kedokteran.
Dr-Supriyanto.blogspot.com
[1] Ethel
Sloane,Anatomi dan Fisiologi Pemula,
(Jakarta:Buku Kedokteran,2004), hal.220
[2] Drs.
H.Syaifudin,AMK,Anfis untuk mahasiswa keperawatan,(Buku
Kedokteran:2006),hal.160
[3] Drs.
H.Syaifudin,AMK,Anfis untuk mahasiswa
keperawatan,(Buku Kedokteran:2006),hal.163
[5]
Dr-Supriyanto.blogspot.com
[6] Ethel
Sloane,Anatomi dan Fisiologi Pemula,
(Jakarta:Buku Kedokteran,2004), hal.246